Sabtu, 21 Februari 2015

Para Sengkuni Pemerintah Jokowi

Jurnalis Independen: Setelah kisruh antara Polri dan KPK, terkait pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Komjen Pol Budi Gunawan yang "dijegal" oleh keambiusan Ketua KPK Abraham Samad, memunculkan banyak "sengkuni" bagi Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Diantara mereka,inilah beberapa "sengkuni" itu.


Mantan ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum membongkar pertemuan rahasianya dengan Abraham Samad (AS) menjelang pemilihan ketua KPK sekitar tahun 2011. Kata Anas, Abraham Samad sempat mendatanginya untuk meminta restu menjadi Komisioner KPK.

“Saya jadi ingat ketika menjelang fit and proper test di DPR, AS datang ke Durensawit,” kicau Anas lewat akun twitternya dengan tagar #salamsabar, Jumat (20/2).
Ketika itu, kata Anas, Abraham Samadditemani temannya Salahuddin Alam. “Saya ditemani teman saya yang lain, Saan Mustopa,” ujarnya.

Pertemuan itu berlangsung delapan mata. “Tidak lama ngobrolnya. Hanya sekitar satu jam, di tengah malam. Sekitar jam satu dini hari sudah selesai,” kata dia.

Pertemuan itu, kata Anas, intinya Abraham Samad meminta dukungan untuk menjadi Pimpinan KPK. “Saya setuju dan saya minta kepada Fraksi PD untuk mendukung. Saya lalu laporkan ke Pak SBY dan beliau juga setuju. Alhamdulillah kemudian terpilih dan bahkan menjadi Ketua,” kata dia.

Dikatakan Anas, dirinya tidak pernah menyesal mendukung Abraham, meskipun kemudian Samad membalasnya dengan menetapkan dirinya sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang dengan Sprindik yang tidak jelas.

“Saya juga tidak menyesal meskipun informasinya Abraham yang paling ngotot mentersangkakan saya. AS menyebut mengambil alih kasus saya agar bisa berjalan dengan istilah "pakai kekerasan sedikit". Begitu dokumen Komite Etik.

Kekerasan hukum berlanjut dengan dakwaan imajiner. Dimulai dng kalimat "keinginan AU untuk menjadi Capres’,” ungkapnya.

Kini Anas, mengaku hanya bisa mendoakan Abraham Samad agar tabah dan sabar dalam menghadapi kasus pemalsuan dokumen yang menjeratnya. “Semoga ujian kecil ini bisa dihadapi dengan gagah dan berani. Saya hanya bisa mendoakan. Kalau urusan fit and proper test di DPR dulu, saya bisa membantu mendukung, karena punya otoritas sedikit.

Kalau proses hukum di Polda Sulselbar dan selanjutnya, saya tidak punya otoritas apa-apa. Hanya saran dan doa saja yang bisa disampaikan. Setidaknya lewat media, karena sekarang ini sulit untuk bertemu,” ujar Anas.

Terkait ambisius Abraham Samad, Kepala Bareskrim Mabes Polri, Komjen Budi Waseso mengatakan, Komjen Suhardi Alius akan menjalani pemeriksaan oleh Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam), terkait kasus kepemilikan senjata api milik Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif, Abraham Samad.

"Sebagai anggota Polri, dia akan diperiksa oleh Propam. Kalau untuk kasusnya akan diperiksa oleh penyidik Bareskrim," katanya kepada Rimanews, di Mabes Polri, Jumat (20/2) malam.

Lebih lanjut, Kabareskrim mengatakan, pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui asal-usul senpi dan surat perpanjangan kepemilikan.

"Nanti setelah pemeriksaan akan diketahui apakah milik pribadi atau milik Polri," kata Budi Waseso.

Seperti diketahui, kepemilikan senjata api oleh Abraham Samad diduga hasil gratifikasi dari Suhardi Alius yang dilaporkan oleh Ketua Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) Kota Bandung, Mochammad Mashur, ke Bareskrim Mabes Polri pada beberapa waktu lalu.

Pertanyaannya, untuk apa mereka mengungkapkannya sekarang ini, terutama bagi tersangka koruptor Hambalang seperti Anas Urbaningrum? Adalah unsur balas dendam lantaran dirinya dijadikan terhukum kasus korupsi? Atau ini merupakan bagian balas dendam para koruptor Nusantara? Wallahualam    

Tidak ada komentar: