Senin, 30 November 2009

Renungan Religi


Beberapa hari lagi, khususnya umat islam dunia akan segera menyambut datangnya tahun baru Hijriyah 1431. Jelang berakhirnya tahun baru itu, ternyata di negeri ini dinodai adanya skandal Century Gate. Sebuah skandal Bank Century yang melibatkan jajaran menteri dan gubernur Bank Indonesia (BI). Walau masih isu, skandal tersebut juga menyeret nama orang nomor satu negeri ini, yaitu Presiden SBY.


Terlepas dari semua itu, umat islam sudah selayaknya belejar dari berbagai pengalaman. Lebih lagi untuk memilih dan mendudukan seseorang pada jabatan yang strategis. Umat yang dibekali Tuhan Allah, untuk selalu memilih pemimpin atas dasar 4 hal itu, layak untuk diterapkan. Bila umat memilih pemimpin hanya berdasarkan casing (yang tampak dari luar) saja, maka akan banyak menimbulkan bencana.

Empat hal yang layak dijadikan sebagai acuan tersebut dalam memilih pemimpin yaitu:
Pertama: Fatonah/cerdas
Kedua: Tabliq /menyampaikan
Ketiga: Siddiq/jujur
Keempat: Amanah/jujur

Keempat sifat ini harus menjadi prioritas utama yang harus, mau tidak mau menjadi acuan masyarakat. Hal ini untuk menghindari munculnya seorang pemimpin yang hanya memikirkan diri, golongan dan mengabaikan kepentingan bangsa dan Negara secara utuh. Carut marutnya tatanan kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, budaya maupun hukum dan banyak bidang lainnya adalah disebabkan oleh kebodohan masyarakat dalam memilih pemimpinnya sendiri. Karenanya, sangat mustahil kalau masyarakat menginginkan keadilan hukum, keadilan ekonomi, keluasan pendidikan dan lain-lainnya bila pemimpin yang dipilihnya tidak memiliki empat kreteria yang ditetapkan Allah swt diatas.

Adalah mustahil kita berharap memiliki kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang baik, bila tidak memiliki pemimpin yang baik, jujur dan amanah. Di sisi lain, negeri ini tidak akan pernah bisa memunculkan sosok pemimpin ideal tersebut bila kehidupan pribadi dalam keluarga tidak mencetak kader pemimpin dengan Hight Morality dan disiplin yang tinggi. Pemimpin ideal itu harus tumbuh dari keluarga yang tidak menghalalkan segala cara dalam mencapai harkat kehidupannya.
Akhirnya, dalam momen Tahun Baru Hijriyah ini, kita hanya bisa berharap kepada setiap keluarga khususnya keluarga muslim untuk berjibaku dengan sangat keras dan disiplin tinggi untuk menempa anak didiknya. Tentu saja dengan harapan mencetak kader pemimpin baik lokal maupun nasional yang memegang teguh moralitas, rasa malu dan kebersamaan hidup semua lapisan masyarakat. Bila setiap individu, keluarga mengabaikannya dan lebih mementingkan nafsu diri pribadi, kelompok dan golongannya, maka jangan harap merah putih akan tetap berkibar di negeri nusantara 20 tahun lagi, a’udzubilahi mindaliq.